Kamis, 09 Maret 2017

Review Film GIE

Hai... Salam sineas, kali ini Indonesia doeloe akan membahas film Gie. Film ini diadaptasi dari kisah nyata yang di rilis pada tahun 2005 dan di sutradarai oleh Riri Reza. Film ini bercerita tentang petualangan Soe Hok Gie dalam tujuannya menggulingkan rezim Soekarno yang berlatar tahun 1956-1969. Film ini dibintangi oleh beberapa aktor Indonesia terkenal seperti Nicholas Saputra, Jonathan Mulia, Thomas Nawilis, dll. Sebuah film yang diangkat dari buku catatan Gie sendiri, akan tetapi ada beberapa tokoh fiktif agar ceritanya terlihat menarik.

Gie mendapatkan beberapa penghargaan seperti “Best Asian Feature Film” di Singapore International film festival 2006 dan “Special Jury Award” dari Asia Pasifik film festival 2006.
 Hasil gambar untuk tentang film gie



Soe Hok Gie adalah lelaki keturunan Tionghoa yang dibesarkan di Jakarta. Keluarga Gie adalah keluarga yang tidak terlalu kaya. Di masa kecilnya, ketika dia masih duduk di bangku sekolah, dia dikenal sebagai anak yang kritis dalam menentang pendapat orang-orang di sekitarnya yang berbeda dengan pendapatnya, bahkan dengan gurunya sendiri. Hok Gie adalah seseorang yang sudah mengembangkan minat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh berbagai intelek kelas dunia sejak ia remaja. Gie mengimpikan Indonesia yang adil dan didasari oleh kebenaran murni, ia tidak toleran terhadap ketidakadilan yang terjadi. 
Hok Gie menjalani masa remaja dan kuliah di UI (Universitas Indonesia), ia menjalani masa kuliahnya dibawah rezim Bung Karno dan dtandai dengan konflik antara PKI dengan militer. Di masa perkuliahannya Gie terus gencar melancarkan aspirasi, gugatan dan pemikirannya, bagi dia hanya itu yang sementara dapat melakukan perubahan dalam memperbaiki kondisi Negara yang semakin kacau, dan dia tidak sendirian dalam berjuang, banyak orang-orang yang respon terhadap pemikirannya, menanggap positif segala pendapatnya, yang membuatnya menjadi sosok yang berpengaruh dalam menuju perubahan bangsa ini. Dia adalah pemuda yang menganggap politik sebagai idealisme, berbeda dengan mereka yang menganggap politik sebagai alat atau sarana dalam memperoleh harta dan kekuasaan, pantaslah di sebut sebagai politik kotor, tidak mempedulikan bagaimana kondisi rakyat yang semakin melarat.

Pada tahun 1965, Soe membantu mendirikan Mapala UI, organisasi lingkungan di kalangan mahasiswa. Dia menikmati kegiatan hiking, dan meninggal karena menghirup gas beracun saat mendaki gunung berapi Semeru sehari sebelum ulang tahun ke 27. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Dia dimakamkan di tempat yang sekarang menjadi Museum Taman Prasasti di Jakarta Pusat.

Adegan-adegan dalam film Gie menurut kami memiliki pesan yang amat kuat. Penonton dihadapkan dengan persoalan-persoalan pelik yang terjadi di era pemerintahan presiden Soekarno yang sama sekali berbeda dengan sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah formal. Mengenai ketokohan Soe Hok Gie terdapat satu kutipannya yang terkenal seperti “Lebih baik diasingkan daripada menyerah kepada kemunafikan”.  

Walaupun film ini tergolong film jadul akan tetapi masih banyak orang-orang yang menontonnya sebagai pelajaran sejarah Indonesia. Bagi kalian yang belum pernah menonton film ini ataupun yang ingin bernostalgia dan ingin menonton ulang film ini bisa akses google dan search manual stream film Gie atau bagi kalian yang benar-benar ingin mengoleksi film-film sejarah kami rekomendasikan beli dvd orinya di online shop karena di toko-toko dvd penjualan film gie sudah sangat susah untuk ditemukan. Gimana, tertarik untuk menonton film ini?

ABI040

(Sumber: youtube.com)


1 komentar:

  1. Sangat membantu sekali. Awalnya saya tidak tertarik terhadap sejarah namun setelah menonton film ini membuat saya lebih tertantang untuk mengetahui sejarah indonesia.

    BalasHapus